Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Ekonomi

Ngobrol Tempo, Kementerian ESDM: Cadangan Komoditas Mineral masih Besar

48
×

Ngobrol Tempo, Kementerian ESDM: Cadangan Komoditas Mineral masih Besar

Share this article
Example 468x60

JakartaStaf Khusus Menteri Energi dan juga Narasumber Daya Mineral (ESDM) Sektor Percepatan Tata Kelola Mineral serta Batubara, Irwandy Arif mengatakan, Tanah Air memiliki komoditas tambang sangat signifikan. Menurut dia, komoditas itu terdiri dari tembaga, emas, alumina, besi, nikel, hingga timah.

“Kalau bicara persoalan cadangan itu enggak ada artinya,” kata dia, di acara Ngobrol Tempo bertajuk “Pertambangan untuk Kebangkitan Perekonomian serta Keberlanjutan” pada Plataran Menteng, Gondangdia, Menteng, Ibukota Indonesia Pusat, Rabu, 26 Juni 2024.

Example 300x600

Irwandy menjelaskan, nilai cadangan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia. Kuantitas cadangan Nusantara mencapai sekitar Dolar Amerika 4 triliun. Menurutnya, dua per tiga dari cadangan komoditas berasal dari batubara. Dia mengatakan, dari batubara—Indonesia mengalami tekanan untuk mengarah ke net zero emission, maka dua per tiga dari kekayaan Mata Uang Dollar 4 triliun yang disebutkan hilang.

“Tapi kami menganggap ini akan tumbuh terus sampai dengan akhir net zero emission tahun 2060,” tutur Irwandy. Dalam presentasi yang tersebut dibuka pada diskusi Tempo itu, tampak nomor dari nilai kekayaan cadangan komoditas mineral lalu batubara. Kekayaan mineral senilai Simbol Dolar 0,8-0,92 triliun serta batubara Dolar Amerika 2,18-3,10 triliun. 

Adapun Kementerian ESDM mencatat, total kekayaan itu pada 2023 berada pada hitungan Simbol Dolar 3,11-3,9 triliun. Menurut data kementerian ini juga, nilai cadangan itu akan bertambah apabila sumber daya berubah status menjadi cadangan.

Dia menjelaskan, Tanah Air tak cukup semata-mata mempunyai komoditas. Komoditas cadangan itu menurut penjelasan dia, harus dikelola supaya tambahan berharga. Cara menaikan bilangan bulat komoditas itu, kata dia, dengan melakukan hilirisasi. “Apakah ini telah betul atau tidak? Hal ini masih berbagai kontroversi,” tutur dia.

Misalnya, ia menjelaskan, bahwa proses lanjut ini ditujukan untuk mineral kritis. Seperti nikel-kobalt diarahkan ke baterai. Sementara nikel-kobalt yang dimaksud diarahkan ke besi serta baja tak akan diterbitkan izin baru. “Karena sudah ada terlalu banyak,” tutur dia. Selanjutnya, ia menyatakan bahwa nikel yang dimaksud RKB sudah disetujui untuk produksi pada 2024 mencapai 220 jt ton.

Padahal, sampai ketika ini cadangan Indonesia berdasarkan data dari badan geologi cuma 5,3 miliar ton. Artinya, beliau mengungkapkan 5,3 miliar ton dibagi 220 jt ton—dan tahun depan diprediksi berprogres mendekati 400-500 jt (ton), umurnya kurang dari satu puluh tahun. “Dan ini akan berbahaya,” ujar dia. “Tahun ini kita telah mulai mengimpor bijih nikel dari Filipina.”

Artikel ini disadur dari Ngobrol Tempo, Kementerian ESDM: Cadangan Komoditas Mineral masih Besar

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *