Kementerian Perdagangan mencatat total ekspor Indonesia pada Mei 2024 mencapai 22,33 miliar dolar AS, di mana berlangsung penguatan dalam seluruh sektor.
Jakarta –
Analis perekonomian kebijakan pemerintah dari FINE Institute, Kusfiardi, mengemukakan pelemahan nilai tukar Rupiah berisiko menghurangi penerimaan negara dari sektor ekspor sehingga dapat berdampak signifikan terhadap arus pendapatan kemudian belanja negara tahun depan.
"Meskipun biaya komoditas ekspor seperti minyak serta batu bara menunjukkan peningkatan, keuntungan pada Rupiah yang mana diterima pemerintah dapat tergerus," kata Kusfiardi di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, diversifikasi ekspor berubah jadi krusial untuk menurunkan risiko terhadap fluktuasi mata uang asing.
"Dengan nilai tukar Rupiah yang dimaksud melemah secara radikal seperti ini, Negara Indonesia menghadapi tantangan besar di menyimpan stabilitas dunia usaha nasional," ujarnya.
Di sisi lain, biaya impor barang lalu jasa akan meningkat pada rupiah akibat nilai tukar yang tersebut rendah sehingga dapat meningkatkan tekanan naiknya harga lalu menurunkan daya beli domestik.
Kusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati lalu proaktif, diantaranya pada pengelolaan penanaman modal infrastruktur yang strategis.
"Pemerintah penting mengambil langkah-langkah yang dimaksud hati-hati dan juga proaktif pada menghadapi tantangan ini," ujarnya.
Kebijakan intervensi bursa valuta asing, penyesuaian kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia, dan juga peningkatan pada kebijakan impor akan berubah jadi krusial.
Langkah-langkah yang dimaksud diharapkan dapat menyimpan stabilitas ekonomi pada jangka panjang kemudian memverifikasi anggaran pendapatan dan juga belanja negara (APBN) 2024 kekal berkelanjutan.
Ia juga menuturkan bahwa ketidakpastian perekonomian global, satu di antaranya kenaikan suku bunga pada Amerika Serikat, turut mempengaruhi pelemahan nilai tukar Rupiah. Oleh lantaran itu, diperlukan koordinasi kebijakan perekonomian yang dimaksud kuat dan juga responsif dari pemerintah Indonesia.
"Dalam menghadapi ketidakpastian ini, kehati-hatian pada mengatur kebijakan fiskal serta moneter sangatlah penting. Nusantara harus terus memantau dinamika lingkungan ekonomi global dan juga melakukan langkah-langkah yang tepat untuk melindungi kegiatan ekonomi domestik," tuturnya.
Di sedang situasi ini, langkah-langkah yang dimaksud diambil pemerintah di menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Negeri Paman Sam akan menentukan arah penyelenggaraan ekonomi Nusantara pada beberapa tahun ke depan.
"Keberhasilan pada melindungi stabilitas dunia usaha nasional akan berubah jadi kunci untuk mengupayakan perkembangan kegiatan ekonomi yang digunakan inklusif lalu berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatatkan total ekspor Nusantara pada Mei 2024 mencapai 22,33 miliar dolar AS, pada mana terbentuk penguatan pada seluruh sektor.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut, nilai ekspor ini naik 13,82 persen jika dibandingkan dengan April 2024 (MoM) juga naik 2,86 persen dibandingkan dengan Mei tahun sebelumnya (YoY). Perbaikan ekspor Mei 2024 disumbang naiknya ekspor nonmigas sebesar 14,46 persen dan juga sektor migas sebesar 5,12 persen dibandingkan April 2024 (MoM).
"Capaian ekspor Mei 2024 menyokong surplus perdagangan sebesar 2,93 miliar. Skor surplus ini lebih tinggi baik berbeda dengan surplus April 2024 sebesar 2,72 miliar dolar Negeri Paman Sam juga Mei 2023 sebesar 0,43 miliar dolar AS," ujar Zulkifli melalui pernyataan di Jakarta, hari terakhir pekan (21/6).
Artikel ini disadur dari Analis: Pelemahan Rupiah bisa kurangi penerimaan negara
Post Views: 75
