Jakarta – Dewan Wali Iran sudah menyetujui enam kandidat untuk berlaga di pemilihan Presiden Iran ini. Mereka semua dikenal sebagai pendukung setia pemimpin tertinggi serta sistem kebijakan pemerintah Iran. Keenam nama yang dimaksud ialah, Mohammad Bagher Ghalibaf, Saeed Jalili, Alireza Zakani, Masoud Pezeshkian, Mostafa Pourmohammadi, dan juga Amir-Hossein Ghazizadeh Hashemi.
Menjelan beberapa pemilihan Presiden Iran resmi diadakan dua dari keenam nama calon yang disebutkan mundur. Mereka adalah Seyyed Amir-Hossein Ghazizadeh Hashemi serta Ali Reza Zakani.
Heshemi mengumumkan pengunduran dirinya pada Rabu 26 Juni 2024 sedang Zakani berselang satu hari setelahnya, yakni pada Kamis 27 Juni 2024.
Kepergian mereka menyisakan empat calon presidenya itu Masoud Pezeshkian, Mostafa Pourmohammadi, Saeed Jalili, serta Mohammad Bagher Ghalibaf. Zakani mendesak dua kandidat garis keras paling terkemuka untuk bergabung guna mengurangi menangnya Masoud Pezeshkian yang moderat.
“Saya menyerukan untuk Saeed Jalili lalu Mohammad Baqer Qalibaf untuk bersatu serta bukan membiarkan tuntutan kekuatan revolusioner tidak ada terjawab,” tulis Zakani pada X.
Mengapa Jaliili kemudian Qalibaf Dianggap sebagai Kandidat Terkuat dalam Pemilihan Umum Iran?
Dikutip dari The National News sejumlah analis Iran yang dimaksud mengemukakan bahwa tokoh-tokoh penting Iran seperti dari kalangan ulama kemudian pemimpin tertinggi Ayatollah Khamenei mungkin saja menginginkan sosok presiden baru seperti Raisi, sebagai orang garis keras yang digunakan sangat tak percaya pada Amerika Serikat dan juga Israel.
Dalam pemilihan umum baru-baru ini, Dewan Penjaga telah dilakukan mempersulit kaum reformis untuk mencalonkan diri di pemilu.
Dikutip dari Britanica pemilihan Presiden Iran diharapkan dapat menempatkan loyalis konservatif Khamenei lainnya ke tampuk kekuasaan. Mohammad Bagher Ghalibaf , yang digunakan tahun ini terpilih kembali sebagai ketua parlemen setelahnya pemilihan parlemen, kemudian Saeed Jalili dijagokan sebagai calon utama yang diharapkan menang pada pemilihan.
Ghalibaf dan juga Jalili mewakili dua faksi di kelompok konservatif Iran. Ghalibaf, merupakan tokoh mapan yang mempunyai hubungan dengan Khamenei selaku pemimpin tertinggi. Ia dianggap pragmatis kemudian merupakan garda revolusi, yang tersebut kehadirannya dalam masyarakat serta pemerintahan menciptakan preferensi mereka itu tidak ada kemungkinan besar diabaikan.
Jalili dikenal sebagai perunding nuklir yang dimaksud keras kepala adalah seseorang populis yang dimaksud sangat loyal untuk pemimpin. Dia mewakili Front Paydari fundamentalis, oposisi terhadap para ulama di pembuatan kebijakan Iran lalu yang mana telah lama memperoleh mayoritas kursi di parlemen pada pemilihan legislatif 2024.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji bahwa “kandidat yang mana paling memenuhi syarat” haruslah “orang yang benar-benar percaya pada prinsip-prinsip Revolusi Islam” pada tahun 1979 yang mencerminkan monarki yang digunakan didukung oleh Amerika Serikat.
Khamenei menambahkan, presiden selanjutnya harus memungkinkan Iran “untuk menggerakkan progresif tanpa bergantung pada negara-negara asing,” meskipun ia menambahkan bahwa Iran tidak ada dapat “memutuskan hubungan dengan dunia.”
Kemungkinan Tergesernya Kekuatan Grup Konservatif oleh Komunitas Moderat di pemilihan Iran 2024
Jajak pendapat menunjukkan bahwa meskipun Jalili awalnya unggul menghadapi para pesaingnya, kandidat yang dimaksud relatif moderat, Masoud Pezeshkian justru sekarang ini mengawasi pada pemilihan. Sebuah jajak pendapat baru-baru ini memproyeksikan bahwa Pezeshkian akan menerima 24,4 persen suara.
Pencalonan Pezeshkian, yang digunakan sampai pada waktu ini relatif tiada dikenal, telah lama menghidupkan kembali harapan-harapan bagi sayap reformis Iran pasca bertahun-tahun didominasi oleh kelompok konservatif serta ultrakonservatif.
Pezeshkian adalah bekas menteri keseimbangan dan juga mantan anggota parlemen yang tersebut mewakili Tabriz dalam Parlemen Iran. Ia mendapat dukungan dari kubu reformis Iran yang digunakan terpinggirkan secara urusan politik juga menganjurkan perdamaian dengan Barat.
Pezeshkian sudah pernah mendesak upaya-upaya untuk menyelamatkan perjanjian yang dimaksud lalu mencabut sanksi-sanksi yang melumpuhkan.
“Apakah kita harus selamanya memusuhi Amerika, atau apakah kita bercita-cita untuk menyelesaikan kesulitan kita dengan negara ini?” tanyanya.
Isu kontroversial perlakuan brutal aparat terhadap para pengunjuk rasa pasca refleksi besar-besaran menyusul kematian Jina Mahsa Amini, wanita 22 tahun, pada September 2022 di tahanan polisi, setelahnya ia ditangkap sebab tuduhan tidak ada menghentikan rambutnya dengan hijab.
Tindakan keras terhadap protes-protes ini meninggalkan keretakan yang dimaksud mendalam dalam di warga Iran dan juga semakin memperparah kelelahan pemilih secara umum di negara tersebut.
Sementara, Pourmohammadi merupakan mantan menteri kehakiman kemudian menteri pada negeri. Pourmohammadi, satu-satunya kandidat dari kalangan ulama, menyatakan bahwa “dalam situasi apa pun kita bukan boleh memperlakukan perempuan Iran dengan kejam.”
Pemilihan Presiden Iran sudah pernah dilangsungkan pada Hari Jumat 28 Juni 2024 lalu. Sebanyak 61 ribu warga Iran miliki hak pilih di pemilihan tersebut. Pemilihan Presiden Iran juga telah dilakukan diselenggarakan diantaranya bagi warga negara Iran yang digunakan sedang berada di luar negeri seperti di Indonesia.
TIARA JUWITA | NABIILA AZZAHRA
Artikel ini disadur dari Jalili dan Ghalibaf Disebut sebagai Kandidat Kuat di Pemilihan Presiden Iran 2024, Apa Alasannya?